Berasal dari keluarga tenaga kependidikan ITB, semangat akademiknya ditempa sejak dini hingga membawanya menempuh pendidikan tinggi.
Keputusannya memilih jurusan Oseanografi menjadi awal ketertarikannya pada ekosistem laut, tema yang kemudian menjadi fokus penelitian sepanjang kariernya. Suliskania lulus S1 Oseanografi ITB pada tahun 2010, lalu melanjutkan pendidikan S2 Sains Kebumian ITB pada 2015. Tahun 2017, ia meraih beasiswa prestisius DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst) dari Pemerintah Jerman untuk menempuh studi doktoral di Universitas Hamburg.
Baca juga: Jadi Dosen MNC University, Robby Purba Targetkan Mahasiswa Baca 1 Buku Tiap Dua Minggu
Selama masa doktoral (2017–2021), ia mendalami pemodelan laut, memperluas jejaring ilmiah, dan memperoleh pengalaman riset internasional. Adaptasi budaya, tekanan akademik, dan hidup di luar negeri tidak menjadi hambatan, melainkan memperkuat semangat dan kedisiplinannya.
Pada 2022, Suliskania kembali ke Indonesia dan bergabung sebagai dosen muda di Program Studi Oseanografi ITB. Ia aktif mengajar, membimbing mahasiswa, dan melanjutkan riset mengenai dinamika laut dan perubahan iklim—bidang yang sejak awal menarik perhatiannya.
Menurut dosen berusia 32 tahun ini, penelitian tidak harus berskala besar untuk memberikan dampak.
“Saya memilih wilayah selatan Jawa karena kaya sumber daya ikan dan penting dipahami tren perubahannya agar keberlanjutan perikanan dapat dijaga. Semoga hasilnya bisa aplikatif dan bermanfaat bagi Indonesia,” ujarnya, melalui siaran pers, Rabu (14/10/2025).
Baca juga: Kisah Eka, Dosen Muda UGM yang Masuk Jajaran Ilmuwan Berpengaruh Dunia 2025
Perjalanan Suliskania menjadi inspirasi bagi para akademisi muda. Dari ruang kuliah ITB hingga laboratorium riset di Jerman, ia terus berkarya dan membagikan pengetahuannya melalui berbagai platform profesional, berkontribusi pada pengembangan ilmu oseanografi nasional.
Baginya, integritas, kerja keras, dan semangat belajar dapat membawa peneliti Indonesia bersaing secara global. “Setiap langkah kecil pada akhirnya dapat memberi dampak besar di masa depan,” tuturnya.
Tahun 2025 menjadi salah satu tonggak penting dalam kariernya. Ia berhasil meraih Overseas Research Grant Programme dari The Asahi Glass Foundation, Jepang. Pendanaan tersebut ia gunakan untuk meneliti klorofil-a dan kaitannya dengan perubahan iklim di perairan selatan Jawa, sekaligus memperkuat kolaborasi riset dengan peneliti dalam dan luar negeri.
Baca juga: Enam Peneliti IPB University Diakui sebagai Top 2% Scientists Dunia 2025
Penelitian ini menganalisis perubahan klorofil-a berdasarkan skenario model CMIP-6, guna memproyeksikan dampaknya terhadap produktivitas ikan dan ekosistem laut di kawasan selatan Jawa. Dana riset dari Asahi Glass Foundation menjadi langkah awalnya untuk meraih pendanaan lain di tingkat nasional dan internasional.
Penghargaan terhadap kiprahnya juga datang langsung dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto. Di tengah perkuliahan Pemrograman dan Oseanografi Komputasi yang ia ampu, Menteri Brian hadir memberikan apresiasi.
“Terima kasih banyak, saya benar-benar kaget. Penghargaan ini bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk mahasiswa agar riset ke depan makin bermanfaat. Saya sampai di titik ini karena doa orang tua yang tidak pernah putus,” kata Suliskania.
Menteri Brian turut memberikan dukungan langsung.
“Senang bisa bertemu dengan salah satu dosen muda berprestasi di Indonesia. Semoga Mbak Sulis terus menginspirasi, tetap semangat, dan membahagiakan orang tua,” ujarnya. Ia juga berharap kiprah Suliskania mampu mendorong mahasiswa mengikuti jejaknya dalam riset dan inovasi.
