Pernahkah Anda membayangkan bagaimana iman dan inovasi digital bisa berjalan beriringan, bahkan saling menguatkan? Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru-baru ini menjadi tuan rumah acara spesial: Kuliah Umum Internasional bertajuk “Beyond Tolerance: Faith and Prosperity in the Digital Era”.
Acara ini bukan sekadar seminar biasa, lho! Ia adalah kolaborasi apik antara MAXY Academy, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Jakarta, dan Transformational Business Network (TBN) Indonesia. Tujuannya? Tentu saja untuk mendorong UIN Jakarta Kuliah Umum Inovasi Digital yang tak hanya inspiratif, tapi juga penuh wawasan baru.
Mengapa UIN Jakarta Menggelar Kuliah Umum Ini?
Eits, jangan salah sangka! UIN Jakarta bukan cuma fokus ke ilmu agama saja. Kampus ini punya visi yang lebih luas, yaitu menjadi garda terdepan dalam memadukan ilmu pengetahuan umum, teknologi, dan nilai-nilai keislaman.
Kolaborasi Tiga Pilar: MAXY Academy, FST UIN Jakarta, dan TBN Indonesia
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 100 peserta, mulai dari pimpinan universitas, dosen, sampai mahasiswa dari berbagai fakultas. Tujuannya? Memberikan ruang dialog lintas iman dan wawasan kewirausahaan sosial yang menginspirasi. Harapannya, lahir generasi muda yang tidak hanya cerdas, tapi juga berintegritas, berdaya saing, dan punya dampak sosial yang positif.
Komitmen UIN Jakarta: Ruang Dialog & Integrasi
Prof. Asep Saepudin Jahar, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyambut antusias kegiatan ini. Beliau menegaskan, “UIN Jakarta berkomitmen menjadi ruang dialog yang terbuka bagi keberagaman pengetahuan, termasuk integrasi antara iman, teknologi, dan kewirausahaan.” Keren, kan?
Menurut Prof. Asep, kehadiran para pembicara global dalam UIN Jakarta Kuliah Umum Inovasi Digital ini sangat memperkaya perspektif mahasiswa. Mereka jadi bisa melihat bagaimana spiritualitas dan inovasi bukan hanya dua hal terpisah, melainkan pondasi kemajuan masyarakat.
Siapa Saja Pembicara Inspiratifnya?
Acara ini dimeriahkan oleh empat pembicara hebat. Tiga di antaranya datang jauh-jauh dari luar negeri, lho!
Wawasan Global dari Para Ahli Internasional
- Dr. Kim Tan: Founder of TBN Movement & Chairman of Springhill Management UK, peraih gelar Ph.D. Biokimia.
- Dr. Chris Stewart: Chief Grants Officer Templeton Religion Trust (2013-2025).
- Dr. Ali Qadir: Associate Professor of Sociology dari Tampere University, Finlandia.
Dr. Kim Tan bahkan sempat mengungkapkan kegembiraannya melihat semangat generasi muda Indonesia yang ingin memadukan nilai iman dan inovasi. “Kolaborasi seperti ini menunjukkan bahwa spiritualitas dapat berjalan seiring dengan pembangunan ekonomi dan teknologi,” ujarnya.
Perspektif Lokal dari Pakar Filantropi UIN Jakarta
Dari dalam negeri, hadir Profesor Filantropi UIN Jakarta, Prof. Amelia Fauzia, Ph.D. Beliau membawa perspektif lokal yang kaya akan pengalaman dan riset.
Pesan Kunci dari Para Pemateri:
Penasaran apa saja inti pesan yang disampaikan para ahli? Yuk, kita bedah satu per satu!
Kemakmuran Berbasis Moral di Era Digital
Dr. Kim Tan menyoroti pentingnya konsep prosperity with purpose. Artinya, kemakmuran itu harus berakar pada nilai moral dan spiritual, bukan cuma sekadar pencapaian ekonomi semata. Setuju?
Teknologi untuk Kemanusiaan dan Keimanan
Dr. Chris Stewart punya pandangan menarik: teknologi itu seharusnya jadi alat untuk memperluas nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan, bukan malah menggantikannya. Ia menekankan, perkembangan digital harus bisa memperkuat etika sosial dan solidaritas antar umat. “Dialog lintas iman seperti ini sangat penting untuk menciptakan fondasi sosial yang kuat di tengah perubahan global yang cepat,” imbuhnya.
Menjelajahi “Inner Universe” di Tengah Gempuran Teknologi
Dari kacamata sosiologi global, Dr. Ali Qadir membahas konsep inner universe. Konsep ini menekankan betapa pentingnya memahami dunia batin manusia, di tengah laju teknologi yang begitu kencang. “Kita telah membaca ribuan buku, namun belum membaca hati kita sendiri,” tutur Dr. Ali Qadir, mengutip pesan seorang penyair terkenal.
Memperkuat Filantropi Lintas Iman Lewat Inovasi Digital
Sebagai penutup sesi, Prof. Amelia Fauzia menekankan pentingnya praktik filantropi lintas iman di era digital. Beliau berpendapat, “Transformasi digital membuka peluang baru bagi filantropi yang lebih inklusif. Melalui kolaborasi lintas agama dan pemanfaatan platform digital, kita dapat menumbuhkan nilai toleransi, solidaritas, dan keadilan sosial yang memberi dampak lebih luas bagi masyarakat.” Beliau juga berbagi pengalaman memimpin Social Trust Fund UIN Jakarta, sebuah inisiatif filantropi berbasis riset.
Masa Depan Kolaborasi: Innovation Impact Hub
Selain kuliah umum yang inspiratif, para pembicara juga melakukan audiensi dengan pimpinan universitas. Tujuannya? Menjajaki peluang kolaborasi strategis di bidang riset, pengajaran, dan pengembangan.
Menyiapkan Pemimpin Muda Berintegritas
Isaac Munandar, CEO & Co-Founder MAXY Academy, menegaskan, “Kami ingin mendorong mahasiswa agar tidak hanya kompeten secara teknologi, tetapi juga berintegritas dalam menjalankan perannya di masyarakat.” Ini penting banget untuk menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. Ingin tahu lebih banyak tentang program inovasi UIN Jakarta?
Menjadi Pusat Inovasi Sosial Berbasis Nilai
Nah, dari diskusi ini, lahirlah sebuah inisiatif baru bernama Innovation Impact Hub. Ini adalah proyek bersama TBN Indonesia, MAXY Academy, dan UIN Jakarta. Komitmennya jelas: menjadi pusat inovasi sosial yang berbasis nilai spiritual, kewirausahaan, dan kolaborasi lintas sektor.
Melalui hub ini, ketiga institusi berharap bisa menjadi wadah bagi mahasiswa dan akademisi untuk mengembangkan solusi berdampak. Solusi yang menggabungkan iman, teknologi, dan kepemimpinan transformatif demi kemajuan masyarakat.
Jadi, kuliah umum UIN Jakarta Kuliah Umum Inovasi Digital ini bukan sekadar acara sesaat. Ia adalah langkah nyata UIN Jakarta dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademis dan teknologis, tapi juga kaya akan nilai-nilai spiritual dan sosial. Sebuah inisiatif yang patut kita apresiasi, bukan?
