JAKARTA – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi ( Kemendiktisaintek ) secara resmi meluncurkan Program Riset Prioritas 2026. Program ini merupakan inisiatif strategis pemerintah untuk memperkuat ekosistem riset nasional yang kompetitif, kolaboratif, dan berdampak langsung bagi kemajuan masyarakat.
Melalui program ini, pemerintah menegaskan komitmennya dalam mewujudkan kemandirian ilmu pengetahuan dan inovasi berbasis kebutuhan bangsa.
Dalam arahannya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto, menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi, pemerintah, dan dunia industri untuk memastikan riset berjalan efektif dan berdampak.
“Pemerintah berkomitmen menciptakan ekosistem riset yang inklusif dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Kolaborasi menjadi kunci agar hasil penelitian tidak berhenti di meja laboratorium, tetapi benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat dan perekonomian nasional,” kata Prof. Brian Yuliarto, melalui siaran pers, Rabu (22/10/2025).
Sebagai bentuk dukungan konkret, pemerintah menyiapkan alokasi pendanaan lebih dari Rp3 triliun yang bersumber dari APBN guna mendukung pelaksanaan riset strategis di seluruh Indonesia. Dukungan ini diarahkan untuk memperkuat delapan sektor industri strategis nasional, meliputi keamanan, kesehatan, energi, maritim, pertahanan, manufaktur, keadilan sosial, dan digitalisasi industri.
Melalui pendekatan berbasis masalah (problem-based) dan berbasis akademik (academic-based), setiap penelitian diharapkan mampu menjawab kebutuhan nyata masyarakat, pemerintah daerah, serta sektor industri.
Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, Program Riset Prioritas 2026 difokuskan pada tiga pilar utama, yang mencakup Bina Talenta, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, serta Hilirisasi Riset. Ketiga pilar ini dirancang untuk membangun ekosistem riset yang terpadu, mulai dari penguatan kapasitas sumber daya manusia peneliti, pengembangan kualitas dan relevansi penelitian serta pengabdian masyarakat, hingga pemanfaatan hasil riset melalui hilirisasi dan inovasi berbasis kebutuhan nasional.
Selain memperkuat arah tematik riset, peluncuran program ini juga menjadi momentum peningkatan kapasitas sumber daya manusia peneliti di perguruan tinggi.
Kemendiktisaintek mendorong keterlibatan mahasiswa pascasarjana dalam kegiatan penelitian untuk menumbuhkan budaya riset sejak dini dan memastikan keberlanjutan generasi peneliti unggul di masa depan.
Senada dengan hal tersebut, Dirjen Risbang Fauzan menekankan bahwa riset harus menjadi budaya akademik yang berkelanjutan, bukan sekadar pemenuhan kewajiban administratif.
“Riset adalah kontribusi kita untuk kemanusiaan dan kemajuan bangsa. Setiap penelitian harus melahirkan inovasi yang relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata,” ujarnya.
Dalam sesi yang sama, tiga direktur di lingkungan Ditjen Riset dan Pengembangan turut menyampaikan paparan mengenai arah program masing-masing, yakni Ketut Adnyana (Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), Yos Sunitiyoso (Direktur Hilirisasi dan Kemitraan), dan Heri Kuswanto (Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan). Paparan tersebut menyoroti strategi kolaborasi riset lintas lembaga, hilirisasi hasil penelitian ke sektor industri, serta penguatan kapasitas talenta peneliti Indonesia.
Secara keseluruhan, peluncuran Program Riset Prioritas Tahun Anggaran 2026 tidak hanya menjadi simbol komitmen pemerintah terhadap riset, tetapi juga menandai arah baru pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia yang berbasis kolaborasi, berorientasi hasil, dan berkelanjutan.
“Kami ingin menjadikan riset sebagai motor penggerak ekonomi berbasis pengetahuan sekaligus sumber inspirasi bagi inovasi bangsa,” pungkas Menteri Brian.
Melalui berbagai program Riset Prioritas ini, Kemdiktisaintek berkomitmen membangun ekosistem pengetahuan yang berdampak nyata bagi kesejahteraan bangsa dan daya saing global Indonesia.
