Bayangkan, di usia 25 tahun, mayoritas kita mungkin baru lulus S1 atau mulai meniti karir. Tapi Rizky Aflaha? Dia sudah berhasil meraih gelar Doktor Termuda UGM!
Yep, tepatnya di usia 25 tahun, 10 bulan, dan 1 hari, pemuda cerdas ini resmi menyandang gelar doktor dari Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM). Sebuah pencapaian yang sungguh luar biasa, mengingat rata-rata lulusan program doktor UGM biasanya berusia 41 tahun lebih. Penasaran bagaimana ia bisa secepat itu?
Rahasia Rizky Aflaha Meraih Gelar Doktor di Usia Muda
Pasti banyak yang bertanya-tanya, bagaimana Rizky bisa mencapai titik ini di usia yang begitu belia. Apakah ada program akselerasi khusus? Ternyata bukan akselerasi formal, lho!
Bukan Sekadar Akselerasi: Strategi Cerdas di Balik Keberhasilan
Kunci utama keberhasilan Rizky adalah strategi pribadi yang matang dalam memanfaatkan peluang beasiswa unggulan. Ia menguraikan bahwa perjalanan akademiknya dimulai dari studi sarjana yang diselesaikannya hanya dalam tujuh semester.
- S1 selesai dalam 7 semester.
- Program magister hanya 1 tahun.
- Program doktor hanya 3 tahun.
Kecepatan ini juga didukung oleh keberaniannya mendaftar program percepatan studi PMDSU (Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul). Sebuah langkah berani yang membuahkan hasil luar biasa!
Menembus Keraguan: Bukti Nyata dari Kerja Keras
Meski terlihat mulus, Rizky mengaku perjalanannya tidak selalu mudah. Di awal, ia sempat merasa diremehkan atau dipandang sebelah mata karena usianya yang jauh lebih muda dibanding rekan-rekan seangkatannya.
Namun, keraguan itu ia jadikan motivasi. Terhitung sejak studi doktor, Rizky berhasil menelurkan 40 publikasi internasional! Padahal, syarat kelulusan hanya 2 publikasi. Ini adalah bukti nyata bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencapai impian dan menunjukkan kapasitas diri.
Peran Penting Mentor dan Lingkungan Akademik
Di balik kesuksesan seorang individu, seringkali ada peran besar dari para mentor. Rizky pun tak lupa menyampaikan rasa hormat dan terima kasih mendalam kepada para pembimbingnya:
- Prof. Kuwat Triyana (Promotor)
- Prof. Roto (Ko-promotor)
- Dr. Aditya Rianjanu (Ko-promotor)
Mereka memberikan arahan komprehensif, mulai dari hal-hal kecil seperti membuat roadmap riset, desain riset, cara menulis jurnal internasional, hingga tips penyajian gambar yang menarik di jurnal ilmiah. Bimbingan ini tentu sangat berharga bagi seorang peneliti muda.
Lebih dari Sekadar Akademisi: Keseimbangan Hidup Sang Doktor Muda
Mendengar prestasinya, mungkin kita akan membayangkan Rizky sebagai sosok yang hanya bergelut dengan buku dan riset. Eits, jangan salah! Doktor Termuda UGM ini membuktikan bahwa ia juga punya kehidupan yang seimbang.
Di sela kesibukan kuliahnya, Rizky tidak menghabiskan waktu dengan bermain game online atau terlalu banyak bersosial media. Ia mengalihkannya ke berbagai kegiatan positif:
- Bulu tangkis
- Organisasi kemahasiswaan
- Naik gunung
Saking aktifnya di bulu tangkis, ia bahkan berkelakar, “Sepertinya orang-orang di Jogja lebih mengenalku sebagai atlet bulu tangkis ketimbang mahasiswa doktor!” Ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara akademik dan kegiatan non-akademik sangat mungkin dilakukan.
Pesan Inspiratif dari Doktor Termuda UGM untuk Generasi Muda
Sebagai penutup kisah inspiratifnya, Rizky Aflaha punya pesan penting untuk generasi muda. Apa itu?
“Kita hanya perlu percaya diri. Melalui percaya diri, kita akan banyak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas lebih jauh. Sebaliknya, seberbakat apapun kita, kalau tidak percaya diri, maka tidak akan kemana-mana,” pungkasnya.
Kisah Doktor Termuda UGM ini benar-benar membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Dengan strategi yang tepat, kerja keras, bimbingan yang baik, dan yang terpenting, rasa percaya diri, kita bisa meraih impian setinggi langit. Semoga kisah Rizky Aflaha ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kamu yang sedang berjuang!
