Tahukah Anda, di balik megahnya lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, ada kisah inspiratif tentang pendidikan WR Supratman yang jarang terungkap? Setiap tahun saat kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, sosok Wage Rudolf Soepratman selalu menjadi ingatan.
Ia bukan hanya seorang musisi genius yang menciptakan melodi persatuan, tapi juga individu yang haus akan ilmu pengetahuan. Yuk, kita telusuri perjalanan pendidikan dan hidup sang maestro yang penuh dedikasi ini!
Mengenang Jejak Pendidikan WR Supratman: Fondasi Sang Pencipta Indonesia Raya
Masa Kanak-Kanak dan Pendidikan Awal
Lahir di Jatinegara pada 9 Maret 1903, Wage Rudolf Soepratman memulai jejak pendidikannya sejak usia empat tahun. Bayangkan, sedini itu!
Ia menimba ilmu di Frobelschool Jakarta, sebuah taman kanak-kanak yang menjadi gerbang awalnya mengenal dunia belajar. Sejak kecil, terlihat jelas semangat belajarnya yang luar biasa.
Pindah ke Makassar dan Lanjutan Studi
Setelah beranjak remaja, WR Supratman hijrah ke Makassar dan tinggal bersama sang kakak, Ny. Rukiyem. Di sana, semangat belajarnya terus membara.
Perjalanan pendidikan WR Supratman sangat gigih, ia menempuh beberapa jenjang:
- Tweede Inlandscheschool (Sekolah Angka Dua): Lulus pada tahun 1917 di Makassar.
- Klein Ambtenaar Examen (KAE): Ujian calon pegawai pemerintahan tingkat rendah, dituntaskan dua tahun kemudian.
- Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru): Menunjukkan minat besarnya pada dunia pendidikan. Ini membuktikan bahwa minat pendidikan WR Supratman memang sangat tinggi terhadap dunia pengajaran!
Dari Biola Kakak Ipar Hingga Lahirnya “Indonesia Raya”
Perkenalan dengan Musik dan Bakat yang Melejit
Siapa sangka, perjalanan hidup WR Supratman kemudian berbelok indah saat ia mulai bersentuhan dengan dunia musik? Momen penting itu terjadi berkat kakak iparnya, W.M. Van Eldick.
Di usia 17 tahun, ia menerima hadiah biola dari Van Eldick dan langsung membentuk grup musik bernama Black and White Jazz Band. Dari sinilah bakat musiknya berkembang pesat.
Tak hanya itu, semangat kebangsaannya juga terpancar kuat melalui setiap nada yang ia ciptakan, terutama lewat lagu-lagu perjuangan. Salah satunya, tentu saja, menjadi lagu kebangsaan Republik Indonesia: Indonesia Raya!
Aksi Heroik di Kongres Pemuda 1928: Pertama Kali Mengumandangkan Indonesia Raya
Puncak dari bakat dan semangat nasionalismenya terjadi pada peristiwa bersejarah Kongres Pemuda Kedua, 27-28 Oktober 1928. Di sinilah WR Supratman menorehkan namanya dalam tinta emas sejarah.
Dengan gesekan biolanya, ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya di hadapan seluruh peserta kongres. Sebuah momen yang menggema, sesaat sebelum putusan Sumpah Pemuda dibacakan. Ini adalah penanda kelahiran simbol persatuan bangsa kita melalui musik!
Kontribusi WR Supratman Tak Hanya Musik, Tapi Juga Jurnalistik
Karier Jurnalistik: Suara Pergerakan Nasional
Mungkin banyak yang hanya mengenal WR Supratman sebagai musisi ulung, tapi tahukah Anda ia juga seorang jurnalis yang gigih?
Kariernya dimulai saat pindah ke Bandung dan bergabung dengan surat kabar Kaoem Moeda pada 1924. Setahun kemudian, ia bekerja di surat kabar Sin Po di Jakarta.
Pekerjaan ini membuka banyak pintu, membuatnya berinteraksi langsung dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional, serta aktif menghadiri rapat-rapat penting organisasi pemuda dan partai politik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Betapa multitalenta sosok ini!
Menghadapi Tekanan Kolonial dan Warisan Abadi
Lagu Indonesia Raya Dilarang, Semangat Tak Padam
Ketenaran lagu Indonesia Raya tidak lepas dari pengawasan ketat Pemerintah Hindia Belanda. Liriknya yang mengandung kata “Merdeka, Merdeka” dianggap mengancam kekuasaan kolonial.
Alhasil, pada tahun 1930, lagu tersebut dilarang dinyanyikan di ruang publik. Namun, hal ini sama sekali tidak memadamkan semangat nasionalisme WR Supratman. Ia tetap berjuang melalui karyanya!
Akhir Hayat WR Supratman: Sebuah Legenda Berpulang
Pada masa-masa sulit di akhir hidupnya, WR Supratman sempat berpindah tempat, dari Jakarta ke Cimahi, lalu Pemalang, sebelum akhirnya menetap di Surabaya karena sakit.
Ia wafat pada 17 Agustus 1938 di usia 35 tahun, di Jalan Mangga No. 21 Tambak Sari, Surabaya. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan. Sebuah akhir hidup yang singkat, namun penuh makna.
Mengenang pendidikan WR Supratman dan seluruh kiprahnya mengingatkan kita pada dedikasi seorang pahlawan sejati. Warisan lagu Indonesia Raya akan selalu menggema, menjadi pengingat semangat persatuan dan kemerdekaan bangsa. Mari terus lestarikan nilai-nilai perjuangan tokoh pahlawan nasional ini!
