Proses seleksi bakal Calon Dekan dilakukan untuk Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Farmasi, Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Psikologi, dan Vokasi UI.
Baca juga: UI Tolak Putusan PTUN soal SK Rektor dan Ajukan Banding di Polemik Disertasi Bahlil
Proses seleksi itu memasuki tahapan berikutnya. Para bakal calon dekan yang telah dinyatakan lolos tahap verifikasi administrasi kini melangkah ke tahap berikutnya, yakni asupan publik serta pemaparan visi dan misi. Tahapan asupan publik akan berlangsung selama 1 bulan sampai 13 November 2025.
Pada tahapan ini publik baik internal yaitu sivitas dan warga Universitas Indonesia, serta publik eksternal dari berbagai kalangan dan latar belakang diperkenankan memberikan asupan publik terhadap para calon tersebut. Hal tersebut diharapkan mampu mendorong transparansi serta membuka ruang partisipasi lebih luas.
Baca juga: Rektor UI Raih Penghargaan dari Tohoku University Jepang: Pererat Kemitraan Strategis
Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menilai proses pemilihan dekan seluruh Fakultas UI harus benar-benar terbebas dari praktik politik aliran maupun intervensi kekuasaan. Sebab, kata dia, jabatan dekan bukanlah panggung politik, melainkan amanah akademik.
“Kampus ya harus bebas intervensi dan memang harus mencerminkan jiwa-jiwa akademik. Itu yang harus ditekankan,” ujar Trubus dalam keterangannya, dikutip Jumat (16/10/2025).
Ia menilai aneh bila kampus negeri justru terjerumus pada politik aliran dan praktik intervensi di level pemilihan dekan. “Kalau ada intervensi dan intrik tingkat sekelas kampus dan fakultas menurut saya aneh. Harusnya kan bagaimana dia bisa mengembangkan kampus ke depan dengan menjaga nilai-nilai yang dijunjung di kampus UI,” ujarnya.
Universitas Indonesia, kata dia, tidak boleh menjadi sarang kepentingan politik, melainkan tetap teguh sebagai sarang intelektual. “Kalau kampus ditarik ke politik praktis, yang rugi itu mahasiswa, dosen, dan masyarakat. Universitas harus fokus menjadi benteng ilmu pengetahuan dan tempat melahirkan gagasan besar untuk bangsa,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan jika proses seleksi diwarnai intervensi atau nuansa politik, maka hal itu bisa menjadi preseden buruk bagi kampus negeri lainnya. “Kalau itu sampai terjadi, maka ujung-ujungnya akan menular kemana-mana. Jadi acuan nanti kampus-kampus negeri lainnya, akhirnya kaya gitu semua,” tuturnya.
Dia pun mengajak semua pihak menjadikan momentum pemilihan dekan ini sebagai ajang memperkuat tradisi akademik di UI. “UI harus menunjukkan teladan dalam menjaga integritas akademik, memilih pemimpin fakultas yang visioner, dan memastikan universitas tetap berdiri sebagai mercusuar ilmu pengetahuan,” pungkasnya.
