Pernahkah Anda membayangkan, pekerjaan seperti apa yang akan digeluti anak-anak kita 10 atau 15 tahun lagi? Dunia kerja kini bergerak super cepat, menuntut lebih dari sekadar nilai bagus di rapor. Inilah pesan kuat yang ingin disampaikan Sekolah Cendekia Harapan (CH) melalui sebuah diskusi menarik: “The Global Skills Gap 2025: Preparing Children for Jobs that Still Don’t Exist”. Mereka berupaya keras untuk siapkan siswa dunia kerja AI dan tantangan global lainnya.
Mengapa Keterampilan Global dan AI Penting untuk Siapkan Siswa Masa Depan?
Dalam diskusi inspiratif ini, hadir Alamanda Shantika, pendiri BINAR Academy dan sosok berpengaruh di dunia teknologi. Beliau menegaskan bahwa siapkan siswa dunia kerja AI berarti membekali mereka dengan kompetensi terukur, bukan cuma teori. Ini termasuk kemampuan teknologi, daya adaptasi tinggi, dan semangat belajar seumur hidup. Alamanda dengan lugas menyampaikan, “Kalau anak-anak hanya mengejar nilai, tanpa berpikir kritis dan mau beradaptasi, mereka akan kalah sebelum mulai.” Intinya, nilai saja tidak cukup!
AI Bukan Pengganti, Tapi Alat Utama!
Mungkin sebagian dari kita khawatir, apakah AI akan menggantikan pekerjaan manusia? Alamanda Shantika punya pandangan menarik: AI tidak akan menggantikan manusia secara keseluruhan, tapi akan menggantikan mereka yang tidak tahu cara memanfaatkan AI. Jadi, kuncinya adalah **keterampilan global AI siswa**!
Kompetensi ini perlu dibuktikan, bukan sekadar diucapkan. Caranya? Lewat proyek nyata dan sertifikasi profesional seperti Data Analytics, UI/UX Design, atau Project Management yang relevan dengan pasar kerja lokal maupun internasional.
Strategi Sekolah Cendekia Harapan (CH) Menjawab Tantangan Dunia Kerja
Diskusi yang dipandu oleh Ady Ekayana Putra ini sangat hidup, melibatkan ratusan siswa SMP-SMA, guru, dan para orang tua. Mereka aktif bertanya seputar keseimbangan antara akademik dan keterampilan, etika digital, hingga bagaimana orang tua bisa siapkan siswa dunia kerja AI yang penuh ketidakpastian. Antusiasme siswa sangat terlihat; banyak yang tertarik mengambil sertifikat coding, desain, dan analitik data sebagai langkah awal membangun portofolio kompetensi yang nyata. Ini menunjukkan, generasi muda siap beraksi!
Transformasi Kurikulum Lewat Proyek dan Sertifikasi Profesional
Principal CH, Ibu Juwaria Muqtadir, S.Si., M.M., Gr., menegaskan bahwa sertifikasi bukan sekadar “tambahan” di kurikulum. Justru, ini adalah strategi jitu untuk membentuk para pemikir kritis (critical thinkers), inovator yang melek teknologi (tech-savvy innovators), dan pengambil keputusan berbasis data (data-driven decision makers). “Sekolah harus menjadi ruang latihan kehidupan,” ujarnya. “Teori penting, tapi harus diikat oleh karya nyata dan pengakuan kompetensi.” Sebuah pandangan yang sangat progresif untuk siapkan siswa dunia kerja AI! Strategi ini sejalan dengan konsep pendidikan inovatif yang terus berkembang.
Kolaborasi CH x BINAR: Guru Garda Terdepan Inovasi Pendidikan
Komitmen untuk terus berinovasi ini semakin dipertegas oleh Ketua Yayasan CH, Ibu Lidia Sandra. Yayasan bahkan telah menyiapkan dua agenda strategis yang luar biasa:
- Penerapan AI Agent untuk seluruh warga sekolah, mulai dari proses belajar, layanan akademik, hingga manajemen. Ini artinya, AI akan menjadi bagian tak terpisahkan dalam ekosistem sekolah!
- Program sertifikasi profesional bagi para pendidik melalui kolaborasi erat antara CH dan BINAR Academy. Tujuannya jelas, agar guru-guru bisa menjadi garda depan inovasi, memastikan pembelajaran berbasis data berjalan konsisten, dan tentunya, manfaatnya dirasakan seluruh keluarga CH serta masyarakat luas di Bali dan Indonesia. Anda bisa mencari lebih lanjut tentang pelatihan guru profesional untuk memahami pentingnya ini.
Langkah ini adalah bukti nyata komitmen CH untuk siapkan siswa dunia kerja AI dengan fondasi pendidikan yang kuat dan relevan.
CH: Pionir AI for Education dan Pembentukan Karakter Pembelajar
Dengan fokus kuat pada proyek-proyek nyata, pembangunan portofolio, dan sertifikasi yang kredibel, CH secara tegas memposisikan diri sebagai pionir dalam “AI for Education”. Mereka tidak sekadar mengikuti tren, tapi justru menjadi pengarah dalam pendidikan berbasis AI. Sejalan dengan visi mereka, “Empowering Scholars to Build Better Communities,” CH mengajak para siswa untuk tidak hanya terpaku pada nilai akademik. Mereka didorong untuk menumbuhkan nalar kritis, berani menciptakan solusi, dan menjadi individu yang berdampak.
Dunia kerja yang semakin tak pasti menuntut strategi belajar masa depan yang adaptif. Di sinilah bukti kompetensi dan karakter pembelajar sejati menjadi “mata uang” baru yang paling berharga. Jadi, sudah siapkah kita?
